Ilustrasi wanita (foto :Google)
NEW YORK - Setidaknya 1 dari 12 orang pemuda diduga sengaja menyakiti dirinya sendiri semasa remajanya. Kecenderungan perilaku ini sekitar 60 persen lebih nampak pada wanita dibandingkan pria.
Sementara itu, pria dengan kecenderungan perilaku serupa biasanya menempatkan diri mereka pada tindakan yang beresiko serius seperti menantang kereta api atau berlari di depan mobil yang melintas.
Seperti dilansir melalui TheTelegraph, Kamis (17/11/2011), menyakiti diri sendiri merupakan salah satu indikator kemungkinan terjadinya bunuh diri. Remaja yang pernah masuk rumah sakit akibat menyakiti dirinya 100 kali lebih rentan terhadap tindakan bunuh diri jika dibandingkan kebanyakan orang.
Peneliti juga menemukan bahwa kebanyakan remaja yang menyakiti dirinya, mengiris, membakar, atau hal semacamnya yang menimbulkan luka serius memulai tindakan itu pada usia 14 atau 15 tahun. Namun pada usia 20 tahun, dengan perbandingan sejumlah 9 dari 10 orang, mereka menghentikan perilaku itu.
"Penelitian ini tidak mengukur apakah partisipan mengalami intervensi (dalam tindakannya), tapi belum ada bukti kuat adanya perawatan tertentu untuk mencegah tindakan seperti ini," kata Dr Paul Moran dari King's College London.
Sementara itu, Prof George Patton dari University of Melbourne, Australia, berpendapat bahwa perubahan hormon pada masa transisi remaja menuju dewasa berperan dalam menyebabkan perilaku tersebut.
"Ada kecenderungan bahwa perubahan ini adalah tanda meningkatnya kerumitan emosi yang banyak terjadi pada remaja, terutama remaja putri. Tapi kemudian ada kesenjangan besar, sebelum struktur yang terlibat dalam pengaturan emosi itu sepenuhnya matang," tambahnya.
Sementara itu, pria dengan kecenderungan perilaku serupa biasanya menempatkan diri mereka pada tindakan yang beresiko serius seperti menantang kereta api atau berlari di depan mobil yang melintas.
Seperti dilansir melalui TheTelegraph, Kamis (17/11/2011), menyakiti diri sendiri merupakan salah satu indikator kemungkinan terjadinya bunuh diri. Remaja yang pernah masuk rumah sakit akibat menyakiti dirinya 100 kali lebih rentan terhadap tindakan bunuh diri jika dibandingkan kebanyakan orang.
Peneliti juga menemukan bahwa kebanyakan remaja yang menyakiti dirinya, mengiris, membakar, atau hal semacamnya yang menimbulkan luka serius memulai tindakan itu pada usia 14 atau 15 tahun. Namun pada usia 20 tahun, dengan perbandingan sejumlah 9 dari 10 orang, mereka menghentikan perilaku itu.
"Penelitian ini tidak mengukur apakah partisipan mengalami intervensi (dalam tindakannya), tapi belum ada bukti kuat adanya perawatan tertentu untuk mencegah tindakan seperti ini," kata Dr Paul Moran dari King's College London.
Sementara itu, Prof George Patton dari University of Melbourne, Australia, berpendapat bahwa perubahan hormon pada masa transisi remaja menuju dewasa berperan dalam menyebabkan perilaku tersebut.
"Ada kecenderungan bahwa perubahan ini adalah tanda meningkatnya kerumitan emosi yang banyak terjadi pada remaja, terutama remaja putri. Tapi kemudian ada kesenjangan besar, sebelum struktur yang terlibat dalam pengaturan emosi itu sepenuhnya matang," tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar